Region
Highlights
- Gunung Lawu (Hanacaraka: ꦒꦸꦤꦸꦁꦭꦮꦸ) adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Gunung Lawu memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat", yang diperkirakan terakhir meletus pada tanggal 28 November 1885 dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Studi pada 2019 tentang geothermal heat flow menyugestikan bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang. Pada tahun 1978, serangkaian gempa bumi dilaporkan dirasakan diarea sekitar Gunung Lawu dan diikuti oleh suara mirip dentuman dari arah gunung.[6] Gunung Lawu merupakan salah satu gunung terdingin di Jawa, setelah Gunung Semeru, dan Gunung Slamet yang merupakan titik terdingin di Jawa.
- Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah.
- Pendakian Gunung Lawu sudah dilakukan sejak awal abad ke-12. Pada masa kolonial, eksplorasi di Gunung Lawu didorong oleh berbagai kepentingan mulai dari pembukaan lahan pertanian, pemetaan, kondisi sosial, dan lain-lain.[11] Pendakian standar dapat dimulai dari tiga tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu (Jawa Tengah), Candi Cetho di Karanganyar (Jawa Tengah), dan Cemorosewu, di Sarangan (Jawa Timur).[7] Selain tiga jalur tersebut, ada beberapa jalur pendakian lain yakni Jalur Pendakian Jagaraga, Ngrambe, Jamus, Tambak, Sukuh, Pringgodani, Cemara Bulus, Mojosemi, Sidalangu, dan Maospati. Jalur pendakian tidak resmi ini sering digunakan masyarakat setempat untuk mencari kayu, mencari tanaman obat, ritual, dan kepentingan tertentu lainnya. Jalur pendakian Pringgodani tercatat dalam Serat Centhini sebagai jalur pendakian spiritual. Salah satu tokoh yang melalui jalur tersebut adalah Seh Amongraga. Serat Centhini Pupuh 417-421 menceritakan perjalanan Seh Amongraga memulai pendakian melalui Desa Gandasuli lalu menuju puncak Lawu.[12] Jalur pendakian melalui Cemorosewu lebih curam jika dibandingkan dengan jalur lainnya. Meskipun demikian, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak lebih singkat. Jalur pendakian ini juga cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata. Pada jalur ini, pendaki akan melalui lima pos dan dua sumber mata air. Pertama, pendaki akan melalui sumber air bernama Sendang Panguripan yang terletak di antara Cemorosewu dan pos 1. Pendaki kemudian melanjutkan pendakian hingga melewati pos 2 dan pos 3. Jalur pendakian setelah pos 3 hingga pos 4 sudah berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Ketika sampai di pos 4, pendaki akan disuguhi pemandangan Telaga Sarangan dari kejauhan. Jalur pendakian dari pos 4 menuju pos 5 sudah tidak lagi securam jalur menuju pos-pos sebelumnya. Setelah pos 5, pendaki dapat menemukan sumber air Sendang Drajat. Jalur pendakian melalui Cemorosewu tidak direkomendasikan bagi pemula yang ingin mendaki di malam hari. Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik. Meskipun ketiga jalur pendakian tersebut sudah dikenal secara umum oleh kalangan awam para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, sebenarnya terdapat satu jalur pendakian lain yang memiliki keunikannya tersendiri. Jalur pendakian tersebut adalah Jalur Pendakian Klasik Gunung Lawu via Singolangu. Jalur pendakian ini berada di Singolangu, Kelurahan Sarangan; atau sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Sesuai dengan namanya, jalur pendakian ini diyakini sebagai jalur pendakian tertua di antara semua jalur pendakian Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga diyakini sebagai napak tilas Prabu Brawijaya V saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan Raden Patah. Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V. Adanya situs-situs petilasan tersebut semakin membuktikan bahwa jalur ini merupakan jalur pendakian tertua dan sudah ada sejak lama. Pendakian melalui Jalur Klasik via Singolangu akan melalui 5 pos, yakni Pos 1 Kerun-Kerun, Pos 2 Banyu Urip, Pos 3 Cemaran, Pos 4 Taman Edelweis, dan Pos 5 Cokro Paningalan. Setelah melalui kelima pos tersebut, para pendaki akan sampai di Sendang Drajat, sebelum mencapai puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. Medan yang akan dihadapi oleh para pendaki sangat komplet, mulai dari medan yang landai hingga curam. Selain itu di jalur pendakian ini kondisi alam sangatlah asri, dengan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan satwa yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu memiliki daya tarik tersendiri untuk dicoba oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.
Routes
1 summit • 12.8 km • 1,361 m gain • 5 hr 15 min
1 summit • 13.0 km • 1,280 m gain • 28 hr 32 min • Class 2
Latest summits
"Used the mostly unused trail from Tahura camp. There is a sign which says Puncak Gunung Lawu 3.8 km. That is a mistake! The real distance is 9 km until the peak. Following the signs POS I-V through the jungle. Half way betwen POS IV and V the path joins the main path from Cemoro Kandang. The portion between POS II and IV is very steep. The whole trail is unbeaten, through the jungle, but machete was not necessary during the night, with headlight, one could see the path judging from the underbush size. nevertheless, it is easy to get lost, you can use my GPS track here: http://www.movescount.com/moves/move58823002
Fun fact: on the way down, around 2000 m altitude, I saw a Javan leopard hunting a monkey. Thankfully only the monkey and not me." — csaladenes • Apr 1, 2015
"There is water source at pos V via Cemoro Sewu (Jolotundho pos). And, there is a food stall right 200 meters below the peak. So it's OK to "tek tok" (go up then down), whitout camping.
It's only need 5-6 hours to summit via Cemoro Sewu. And it's only need 2.5-3.5 hours to down via Cemoro Sewu." — sigitaji • Aug 9, 2014
"Though, Lawu has elevation over 3000 m and belongs to Very High Ribus, I think not really hard to summit this mountain (via Cemoro Sewu). It's OK for a beginner to try his/her first summit at this mountain." — sigitaji • Oct 13, 2013
"This is my 2nd time Summiting Mount Lawu. I use Candi Cetho (Cetho Temple) route for up and down. December is rainy season in Indonesia, and it make the climb more hard for me. but the view of the savana make me don't really care with the rain drops. :D" — afvendiant • Dec 25, 2011
"This is my first ascent in Indonesia. It took about 5 hours to reach the first peak from the base camp. Lawu permission to climb the mountain is not difficult, just pay the money in and we can move on. There are 2 common climbing route, ie through Cemoro Kandang and Cemoro Sewu. This is the first experience that I can not forget." — Sang-Gau • Jun 11, 2011
"I climbed Mount Lawu 2 Time. In the same date, 24-25 December 2010 and 2011 using different route. 1st time I use Cemoro Sewu route (East Java) for up and down. the 2ns time I use Candi Cetho (Cetho Temple) (Central Java) Route for up and down. For me, Candi Cetho's Track is harder than Cemoro Sewu, and the landscape is more beautiful too. " — afvendiant • Dec 25, 2010